Belajar Tauhid
2.86K subscribers
457 photos
29 videos
287 files
1.41K links
Terima kasih telah bergabung dengan Chanel Belajar Tauhid dan semoga materi yang ada bermanfaat bagi kita semua.
.
Link e-Book & e-Paper Belajar Tauhid: http://bit.ly/ebook-gratis-belajartauhid
.
Salam 'alaikum
Download Telegram
Hal utama yang bisa menyebabkan sikap saling membenci adalah menelantarkan wahyu yang diturunkan Allah taála dan sabda yang disampaikan oleh Nabi-nya ﷺ.

Kadar kebencian dan permusuhan yang dialami hamba berbanding lurus dengan sikapnya yang menjauh dari al-Quran dan as-Sunnah.

Hal itu dapat disimpulkan ketika kita merenungkan firman Allah taála,

وَمِنَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّا نَصَارَىٰ أَخَذْنَا مِيثَاقَهُمْ فَنَسُوا حَظًّا مِمَّا ذُكِّرُوا بِهِ فَأَغْرَيْنَا بَيْنَهُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ إِلَىٰ يَوْمِ الْقِيَامَةِ ۚ

“Dan diantara orang-orang yang mengatakan, "Sesungguhnya kami ini orang-orang Nasrani", ada yang telah kami ambil perjanjian mereka, tetapi mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diberi peringatan dengannya; maka Kami timbulkan di antara mereka permusuhan dan kebencian sampai hari kiamat.” (QS.Al-Maidah:14)

Kandungan ayat ini mengajarkan bahwa apabila manusia menelantarkan sebagian wahyu yang diturunkan Allah, niscaya permusuhan dan kebencian akan muncul di tengah-tengah mereka.

Alasannya adalah karena tidak ada hal pokok yang menjadi titik kesamaan di antara mereka sehingga mampu menyatukan.

Syaikh Abdurrazzaq al-Badr dalam Ahadits Ishlah al-Qulub

#tauhid
Tauhid merupakan nikmat terbesar yang dianugerahkan Allah ta’ala kepada hamba.

Di awal surat an-Nahl yang juga dinamakan surat an-Ni’am (Berbagai Kenikmatan), Allah ta’ala berfirman,

يُنَزِّلُ الْمَلَائِكَةَ بِالرُّوحِ مِنْ أَمْرِهِ عَلَىٰ مَن يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ أَنْ أَنذِرُوا أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاتَّقُونِ

“Dia menurunkan para malaikat dengan (membawa) wahyu dengan perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, yaitu: "Peringatkanlah olehmu sekalian, bahwasanya tidak ada Sembahan (yang hak) melainkan Aku, maka hendaklah kamu bertakwa kepada-Ku". [QS. An-Nahl:2]

Inilah kenikmatan pertama yang disebutkan dalam surat tersebut.

Hal ini menunjukkan bahwa taufik untuk bertauhid merupakan kenikmatan terbesar yang disempurnakan Allah bagi hamba sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya,

وَأَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهُ ظَاهِرَةً وَبَاطِنَةًۗ

“Dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin.” [QS. Luqman:20]

Mujahid rahimahullah menafsirkan bahwa kenikmatan yang dimaksud dalam ayat di atas adalah kalimat laa ilaha illallah[1].

Sedangkan Sufyan ibn Uyainah rahimahullah menyatakan,

مَا أنْعَمَ الله على العِبادِ نِعْمَةً أعْظَمَ من أنْ عرّفَهُم لا إلَهَ إلّا الله

“Tak ada kenikmatan yang dianugerahkan Allah kepada hamba melebihi anugerah makrifat terhadap esensi laa ilaha illallah.”[2]

[1] HR. Sa’id ibn Manshur dalam as-Sunan (1730).
[2] Lihat: Kalimat al-Ikhlas hal. 53 karya Ibnu Rajab.

Syaikh Abdurrazzaq al-Badr dalam Ahadits Ishlah al-Qulub

#tauhid #asma_wa_shifat
MENOLAK KEBURUKAN DENGAN KEBAIKAN

Beliau ﷺ adalah pribadi yang mengamalkan firman Allah taála,

ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ السَّيِّئَةَ ۚ نَحْنُ أَعْلَمُ بِمَا يَصِفُونَ وَقُلْ رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِينِ

“Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan yang lebih baik. Kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan. Dan katakanlah: "Ya Rabb-ku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan syaitan.” (QS.Al-Mukminun:96-97)

Beliau juga mengamalkan firman Allah taála,

ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ

“Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.” (QS.Fushshilah:34)

Sifat ini merupakan etika yang luhur seperti yang disampaikan Ibnu as-Sa’di. Beliau menuturkan,

هذا من مكارم الأخلاق، التي أمر الله رسوله بها فقال: { ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ السَّيِّئَةَ } أي: إذا أساء إليك أعداؤك، بالقول والفعل، فلا تقابلهم بالإساءة، مع أنه يجوز معاقبة المسيء بمثل إساءته، ولكن ادفع إساءتهم إليك بالإحسان منك إليهم، فإن ذلك فضل منك على المسيء، ومن مصالح ذلك، أنه تخف الإساءة عنك، في الحال، وفي المستقبل، وأنه أدعى لجلب المسيء إلى الحق، وأقرب إلى ندمه وأسفه، ورجوعه بالتوبة عما فعل، وليتصف العافي بصفة الإحسان، ويقهر بذلك عدوه الشيطان، وليستوجب الثواب من الرب، قال تعالى: { فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ }

“Ini termasuk budi pekerti luhur yang diperintahkan Allah agar dilaksanakan oleh rasul-Nya.

Allah berfirman, ”Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan yang lebih baik”, artinya jika musuh-musuhmu telah berbuat buruk kepada dirimu dalam bentuk ucapan maupun perbuatan, maka janganlah engkau menyikapi mereka dengan tindakan buruk.

Meskipun boleh untuk membalas orang yang telah berbuat buruk dengan tindakan serupa, akan tetapi, tolaklah sikap buruk mereka kepadamu dengan berbuat baik kepada mereka. Hal itu merupakan bentuk kemurahan hatimu kepada orang yang telah berbuat buruk itu.

Di antara manfaat sikap tersebut adalah ulah buruknya kepadamu akan berkurang, entah di saat ini atau pun di masa datang. Sifat tersebut lebih efektif untuk menarik orang yang telah berbuat buruk tersebut ke jalan yang benar, lebih menyadarkan dirinya untuk menyesali, bersedih, dan kembali kepada Allah dengan bertaubat dari perbuatannya.

Orang yang memberi maaf, berarti mempunyai sifat ihsan (kebaikan). Dengan itu, dia mampu mempecundangi setan serta berhak menerima pahala dari Allah. Allah berfirman, “Maka barangsiapa yang memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas (tanggungan) Allah.” (QS.Asy-Syuara:40)”[1]

[1] Taisir al-Karim ar-Rahman hal. 588.

Syaikh Abdurrazzaq al-Badr dalam Ahadits Ishlah al-Qulub

#tauhid
خضوع الفلب لله هو شعوره وإحساسه بأنه في قبضة وملكه، وتحت صلطانه وتصرفه

"Ketundukan hati kepada Allah adalah kesadaran dan sensitifitas hati bahwa ia berada dalam genggaman dan kuasa Allah; bahwa ia berada dalam pengaturan dan pengelolaan-Nya."

#tauhid
TURUNNYA WAHYU ADALAH NIKMAT ALLAH

Wahyu (yang diturunkan Allah) datang untuk memberikan perbaikan yang menyeluruh; memperbaiki keyakinan (akidah), akhlak, maksud, cita-cita, cara berpikir, metodologi pendalilan yang dimiliki dan dilakukan manusia.

Oleh karena itu, wahyu yang diturunkan merupakan nikmat, bahkan nikmat yang sangat besar.

Allah ta'ala berfirman,

 بِفَضْلِ اللّٰهِ وَبِرَحْمَتِهٖ فَبِذٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوْاۗ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُوْنَ ۝٥

"Katakanlah (Nabi Muhammad), “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya itu, hendaklah mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan."" [QS.Yunus:58]

Dahulu generasi manusia akan menuju kepunahan karena berkubang dengan kesyirikan dan kemaksiatan, maka Allah pun menurunkan wahyu sehingga Dia menyelamatkan mereka dan mengubah rute mereka dari kesyirikan menuju kebaikan (tauhid).

Dalam hadits disebutkan,

وَإِنَّ اللَّهَ نَظَرَ إِلَى أَهْلِ الْأَرْضِ فَمَقَتَهُمْ عَرَبَهُمْ وَعَجَمَهُمْ إِلَّا بَقَايَا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ

"Sesungguhnya Allah melihat kepada penduduk bumi, maka Dia pun murka kepada mereka, kepada bangsa arab maupun bangsa ajamnya (selain arab), kecuali sebagian dari Ahli Kitab (yang masih mengikuti sebagian wahyu Allah)." [HR. Muslim]

#tauhid
KELEMBUTAN ALLAH DALAM NAMA AT-TAWWAB

Allah ta'ala senantiasa memantau kita. Allah ta'ala pun memelihara kita. Dia juga meyodorkan sebab-sebab yang mampu menggiring kita dari kemaksiatan pada pertaubatan.

Ketika seorang menyadari bahwa Allah ta'ala mengoreksinya dan menyediakannya sebab yang mampu mendorongnya untuk bertaubat, maka ia harus bersyukur kepada Allah ta'ala.

Itulah mengapa nama at-Tawwab (التواب) disandingkan dengan nama ar-Rahim; nama at-Tawwab disandingkan dengan nama al-Ghafur; nama at-Tawwab disandingkan dengan nama al-Hakim.

Konsekuensi nama at-Tawwab adalah adanya pemantauan (al-mutaba'ah). Jika anda menyadari bahwa Allah ta'ala memantau, mengoreksi, mendidik, dan menyediakan sarana yang menggiringmu untuk bertaubat, maka bersyukurlah; karena Allah telah memasukkanmu dalam perhatian-Nya yang khusus.

Sungguh, balasan terberat atas kemaksiatan yang dilakukan seorang adalah ketika ia tidak lagi berada dalam perhatian Allah yang khusus.

Dr. Muhammad Ratib an-Nabulisiy

#tauhid
Kaidah Dalam Tauhid Rububiyah dan Tauhid Uluhiyah

الشرك في الربوبية مقدمة الشرك في الألوهية

Syirik pada Rububiyah Merupakan Langkah Awal Syirik Pada Uluhiyah

Makna redaksi kaidah di atas adalah seluruh sembahan selain Allah disembah oleh penyembahnya karena mereka meyakini bahwa sembahan tersebut memiliki sifat-sifat rububiyah (menciptakan, mengatur alam, memberi rezeki, dll). Dengan keyakinan itulah mereka lalu memalingkan kepada mereka hak uluhiyah yang seharusnya hanya ditujukan kepada Allah. Seandainya mereka tidak memiliki keyakinan tersebut, tentu mereka tidak akan menyembahnya.

Ketika mereka berkeyakinan bahwa sembahan itu mampu memberikan manfaat dan bahaya (dua hal ini merupakan karakteristik rububiyah), maka mereka pun menyembah dan bersujud kepadanya.

Ketika mereka berkeyakinan bahwa sembahan itu memiliki sebagian hak pengaturan dan pengelolaan alam semesta, mereka pun bersujud dan menyembelih (menyerahkan sesajen) kepadanya.

Ketika mereka berkeyakinan bahwa sembahan itu mengetahui hal yang gaib, mereka pun memalingkan hak uluhiyah kepadanya.

Hal ini juga terjadi pada pengkultus kuburan orang shalih atau orang yang dianggap shalih. Alasan pengkultusan tersebut dilatarbelakangi keyakinan bahwa penghuni kubur itu mampu memberikan manfaat, menolak bahaya, memberikan pertolongan, dan hal yang semisal.

Oleh karena itu, sudah menjadi kelaziman, bahwa setiap orang yang terjerumus dalam syirik rububiyah juga akan terjerumus dalam syirik uluhiyah. Tidak mungkin hati anda bersandar dan berpaling untuk menyembah sesuatu kecuali meyakini bahwa ia memiliki karakteristik rububiyah.

Sumber: Dr. Walid ibn Rasyid as-Su'aidan, Qawa'id fi Tauhid ar-Rububiyyah wa al-Uluhiyyah wa al-Asma wa ash-Shifat hal. 32-33.

#tauhid
INDIKASI KEMATIAN HATI

Ibnu al-Qayyim rahimahullah menuturkan,

وكل من عرف الله أحبَّه وأخلص العبادة له ولا بدَّ، ولم يُؤثِر عليه شيئًا من المحبوبات فمن آثر عليه شيئًا من المحبوبات؛ فقلبه مريض، كما أن المعدة إذا اعتادت أكل الخبيث، وآثرته على الطيب سقطت عنها شهوة الطيِّب، وتعوَّضت بمحبة غيره. 

"Siapa yang mengenal Allah pasti mencintai dan menyembah-Nya. Ia tidak akan mencintai kesenangan apapun melebihi kecintaan kepada-Nya. Siapa yang lebih menyukai kesenangan lain daripada kecintaan kepada Allah, maka sebenarnya hatinya sakit.

Seperti lambung, yang bila telah terbiasa mengonsumsi makanan yang kotor dan buruk, maka ia lebih menyukainya daripada makanan yang baik. Seleranya terhadap makanan yang baik hilang, berganti dengan selera terhadap yang lain.

وقد يمرض القلب ويشتد مرضه، ولا يعرف به  صاحبه؛ لاشتغاله وانصرافه عن معرفة صحته وأسبابها، بل قد يموت وصاحبه لا يشعر بموته، وعلامة ذلك أنه لا تُؤلمِه جراحات القبائح، ولا يُوجِعه جهله بالحق وعقائده الباطلة؛ فإن القلب إذا كان فيه حياة يألم بورود القبيح عليه، ويألم بجهله بالحق بحسب حياته

"Terkadang hati sakit, bahkan sakit parah, tetapi pemiliknya tidak merasa, karena ia lalai dan enggan berupaya untuk mengetahui hati yang sehat dan sebab-sebabnya. Bahkan, terkadang hati telah mati namun pemiliknya tidak menyadari.

Indikasi kematian hati adalah ia tak lagi merasa sakit oleh luka-luka yang dihasilkan oleh perbuatan-perbuatan buruk; ia tidak merasa menderita oleh ketidaktahuannya terhadap kebenaran dan keyakinannya yang batil.

Sungguh, jika terdapat kehidupan di dalam hati, niscaya ia akan merasa sakit dengan adanya keburukan yang menimpanya, dan akan merasa menderita karena kebodohannya terhadap kebenaran. Kadar sakit yang dirasakan ini sesuai dengan kadar kehidupan yang terdapat dalam hati."

Sumber: Ighatsatul Lahafan 1/112-113

#tauhid
FENOMENA MENGHERANKAN

Hal yang mengherankan adalah orang yang sering membaca firman Allah ta'ala,

قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌ

"Katakanlah:"Dialah Allah, Yang Maha Esa." (Al-Ikhlas:1)

lalu memberikan "selamat" kepada orang yang meyakini,

إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلَاثَةٍ

"Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga." (Al-Maidah:73)

dalam perkara yang mempengaruhi kesucian dan keesaan Allah.

Meluasnya kemungkaran sekali-kali tidak akan menghilangkan status hukum syari'at yang berlaku padanya. Oleh, karena itu janganlah menjadi orang yang suka mengekor orang lain.

#tauhid
#FenomenaMengherankan
ANTARA MUKJIZAT, KERAMAT, DAN AHWAL SYAITHANIYAH

Kejadian di luar kebiasaan (khawariqu al-'adat) terbagi menjadi 3 jenis, yaitu:

1⃣ Mukjizat yang merupakan suatu hal yang mungkin terjadi secara akal, namun terjadi di luar kebiasaan; dimana Allah mengizinkannya terjadi melalui tangan para nabi-Nya untuk menampakkan bahwa kenabiannya adalah benar dan risalah-Nya adalah absah.

2⃣ Keramat yang merupakan suatu hal yang mungkin terjadi secara akal dan menyelisihi kebiasaan; dimana Allah mengizinkannya terjadi melalui tangan pada wali-Nya selain para nabi.

3⃣ Ahwal syaithaniyah yang merupakan suatu hal yang di luar kebiasaan, namun terjadi melalui tangan selain wali Allah (wali setan).

Dr. Manshur ash-Shuq'ub hafizhahullah

Sumber: al-Jumal ar-Radhiyah hal. 337; diakses di https://t.me/alsuqup/909

#tauhid
KEKHAWATIRAN TERHADAP HAL YANG TELAH BERLALU DAN YANG AKAN TERJADI

✳️ Masalah yang telah terjadi di masa lalu tak bisa diatasi dengan kesedihan, tapi dihadapi:

1⃣ Ridha terhadap ketentuan Allah;

2⃣ Memuji-Nya;

3⃣ Bersabar; dan

4⃣ Beriman terhadap takdir dan mengucapkan qoddarulloh wa maa sya-a fa'al (Allah telah menetapkan dan semua yang dikehendaki-Nya pasti terjadi).

✳️ Masalah yang akan terjadi di masa depan pun tak bisa diatasi dengan kegelisahan, tapi:

1⃣ jika hamba memiliki cara untuk mengatasi, janganlah dia bersikap lemah; dan

2⃣ jika hamba tak memiliki cara untuk mengatasi, janganlah dia mengeluh.

Sumber: Ibnu al-Qayyim dalam Zaad al-Ma'ad 2/327.

#tauhid
CINTA ALLAH TAPI TERUS BERMAKSIAT

Terkadang kita melihat sebagian orang yang menyatakan cinta kepada Allah, air matanya berlinang ketika mengingat-Nya, pun rindu bertemu dengan-Nya; meski demikian kecintaan tersebut tidak mampu mencegahnya dari perbuatan dosa.

Mengapa?

Penyebab hal tersebut adalah kecintaan yang bermanfaat, yang mampu menjauhkan pemiliknya dari dosa adalah kecintaan yang disertai pengagungan dan pemuliaan terhadap Allah ta'ala.

Adapun kecintaan yang sekedar diisi dengan kerinduan kepada Allah dan semisalnya terkadang tidak mampu menghantarkan pemiliknya untuk meninggalkan dosa.

Ibnu al-Qayyim menuturkan,

وها هنا لطيفة يجب التنبه لها، وهي أن المحبة المجردة لا توجب هذا الأثر ما لم تقترن بإجلال المحبوب وتعظيمه؛ فإذا قارنها الإجلال والتعظيم أوجبت هذا الحياءَ والطاعةَ، وإلا فالمحبة الخالية عنهما إنما توجب نوعَ أنسٍ، وانبساط، وتذكر، واشتياق. ولهذا يتخلف أثرها ومُوجَبُها، ويفتش العبد قلبه فيرى نوع محبة لله، ولكن لا تحمله على ترك معاصيه، وسبب ذلك تجرّدها عن الإجلال والتعظيم؛ فما عَمَرَ القلبَ شيءٌ كالمحبة المقترنة بإجلال الله وتعْظيمه

"Ada hal penting yang harus diperhatikan, yaitu kecintaan semata tidak menghasilkan efek (meninggalkan dosa) selama tidak diiringi dengan pemuliaan dan pengagungan terhadap Dzat yang dicintai.

Oleh karena itu, jika pemuliaan dan pengagungan mengiringi kecintaan tersebut, niscaya akan tumbuhlah rasa malu dan sikap menaati. Jika tidak, maka kecintaan yang kosong dari pemuliaan dan pengagungan hanya akan menumbuhkan rasa tenang, gembira, mengingat, dan rindu.

Efek dan dampaknya tak terasa. Ketika hamba mengecek hatinya, ia akan menjumpai bahwa memang ada kecintaan kepada Allah, namun ternyata hal itu tidak mampu mendorongnya untuk meninggalkan kemaksiatan. Penyebabnya adalah karena kecintaan itu kosong dari sikap memuliakan dan mengagungkan Allah.

Tak ada suatu apa pun yang mampu menghidupkan hati selain kecintaan yang diiringi dengan pemuliaan dan pengagungan kepada Allah ta'ala." [Thariq al-Hijratain]

#tauhid
#nasihat
SUJUD KEPADA SELAIN ALLAH

Syaikh Abdurrahman al-Mu'allimi rahimahullah menyampaikan,

ليس السجود للمخلوق بأمر واحد، بل ثلاثة أمور: إن أنزل الله به سلطانًا كان إيمانًا، وإن لم ينزل به فإن لم يقصد به التدين كان معصية، وإن قصد به التدين كان كذبا على الله تعالى وشركا

"Sujud yang ditujukan pada makhluk tak terbatas pada satu bentuk, bahkan terbagi ke dalam tiga bentuk.

Apabila sujud itu didukung bukti dari Allah (diperintahkan) maka melakukannya adalah wujud keimanan.

Apabila sujud itu tidak didukung dalil, namun tidak diniatkan ibadah, maka melakukannya termasuk kemaksiatan.

Apabila sujud itu diniatkan ibadah, maka melakukannya merupakan bentuk kedustaan terhadap agama Allah dan termasuk syirik."

Sumber: Raf'u al-Isytibah 'an Ma'na al-'Ibadah wa al-Ilah wa Tahqiq Ma'na at-Tauhid wa asy-Syirk bi Allah hal. 3-4

#tauhid
Please open Telegram to view this post
VIEW IN TELEGRAM
Please open Telegram to view this post
VIEW IN TELEGRAM
Please open Telegram to view this post
VIEW IN TELEGRAM
KETIKA TAKUT KEPADA MAKHLUK LEBIH BESAR

من كان فقيها فإنه سيخاف من الله أكثر من خوفه من الناس، ومن وجد أن من ديدنه أن يخاف الناس أكثر من خوفه من الله فليراجع فقهه لصفات ربه، فإن ذلك دواؤه، لأن من عرف عظمة الله سيدفع بهذه المعرفة مخاوفه من كل ماسواه في كل ما يعتريه

"Seorang yang fakih pasti akan lebih takut kepada Allah daripada manusia. Setiap orang yang menjumpai dirinya lebih takut kepada manusia daripada Allah, hendaknya mengoreksi pengetahuannya terhadap sifat-sifat Allah. Pengetahuan (makrifat) itulah obat bagi penyakit tersebut. Setiap orang yang mengenal keagungan Allah, niscaya pengenalan tersebut akan mendorongnya untuk takut kepada Allah melebihi siapa pun dalam setiap problematika yang dihadapinya."

Sumber: https://t.me/zadaltareq/2211

#tauhid
BETUL-BETUL MERUGI

Allah ta'ala berfirman,


وَإِن مِّن شَىْءٍ إِلَّا عِندَنَا خَزَآئِنُهُ

"Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya (perbendaharaannya)." [QS.Al-Hijr:21]

وَلِلَّهِ خَزَائِنُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ

"Padahal kepunyaan Allah-lah perbendaharaan langit dan bumi." [QS.Al-Munafiqun:7]

قُلْ مَنْ بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ يُجِيرُ وَلَا يُجَارُ عَلَيْهِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

"Katakanlah: "Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya, jika kamu mengetahui?" [QS.Al-Mukminun:88]

Hal yang sangat mengherankan adalah seorang tidak memanjatkan do'a dan beribadah kepada Ilah yang Mahaagung, yang memiliki sifat seperti di atas.

Lantas memanjatkan do'a dan beribadah kepada jin, penghuni kubur, berhala, orang shalih, malaikat dan makhluk yang lain.

Sungguh kerugian yang sangat nyata.

#tauhid
#tadabbur
JAWABAN SINGKAT ATAS PERTANYAAN "SIAPA YANG MENCIPTAKAN ALLAH?" (1)

Atheis seringkali menolak bukti keberadaan Allah dengan pertanyaan "siapakah yang menciptakan Allah?"

Pertanyaan ini sendiri secara substansi tidak valid, tidak tepat.

Pertanyaan itu serupa dengan pertanyaan: "Apakah durasi kehamilan seorang pria sama dengan wanita, yaitu selama 9 bulan?"; "Berapa berat derajat suhu?"; dan semisalnya.

Pertanyaan itu merupakan pertanyaan tentang Pencipta dengan sesuatu yang tidak mungkin, yaitu mempertanyakan Sang Pencipta dengan kriteria yang dimiliki makhluk. Allah adalah Sang Khalik yang tak mungkin merupakan makhluk sehingga bisa dipertanyakan siapa yang telah menciptakan-Nya?

Permasalahan yang ada pada pertanyaan tersebut terletak pada penyetaraan Sang Khalik dan makhluk. Selain itu, kesalahan terletak pada penyetaraan antara pernyataan yang berbunyi "setiap yang terjadj/yang bermula pasti ada yang mengadakan" dan pernyataan sebagian orang yang berbunyi "setiap yang wujud pasti ada yang mewujudkan". Kedua penyetaraan tersebut keliru.

Salah satu indikasi invaliditas pertanyaan tersebut adalah pertanyaan ini menyiratkan bahwa alam semesta ini sama sekali tidak ada.

Dapat dipahami bahwa pertanyaan "Siapakah yang menciptakan Allah?" tidak lebih penting dari pertanyaan "Siapakah yang menciptakan Pencipta Allah?" atau pertanyaan "Siapakah yang menciptakan Pencipta dari Pencipta Allah?" dan seterusnya.

Menempuh metode di atas hanya akan berujung pada hasil bahwa alam semesta ini tidak akan pernah memiliki eksistensi, karena eksistensi Pencipta alam semesta ini akan bergantung pada eksistensi Pencipta yang terdahulu, dan Pencipta yang terdahulu juga bergantung pada eksistensi Pencipta sebelumnya, dan demikian seterusnya hingga menjadi rangkaian tanpa akhir.

Hal ini melazimkan Pencipta alam semesta ini tidak akan pernah eksis karena tidak ada Pencipta Pertama (First Creator), dimana rangkaian itu berhenti dan menjadi sumber makhluk yang pertama. Dengan demikian, rangkaian di atas akan terus berlanjut tanpa akhir yang berujung pada ketiadaan alam semesta kecuali ada Sumber Awal yang tak memiliki permulaan.

Uraian ini menampakkan keagungan al-Quran dan karunia Allah ta'ala kepada kita dengan mengutus Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.

al-Quran menyebutkan salah satu nama Allah yang indah adalah al-Awwal (Dzat Yang Mahaawal), seperti termaktub dalam Surat al-Hadid ayat 3.

Demikian juga, di dalam al-Hadits, tercantum dalam do'a Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,

اللَّهُمَّ أَنْتَ الْأَوَّلُ فَلَيْسَ قَبْلَكَ شَيْءٌ

"Ya Allah, Engkaulah Dzat Yang Mahaawal, tidak ada sesuatu pun yang mendahului-Mu." [HR.Muslim]

Semua itu menjelaskan hikmah terapi nabawi yang terdapat dalam hadits shahih berikut,

يَأْتِي الشَّيْطَانُ أَحَدَكُمْ فَيَقُولُ مَنْ خَلَقَ كَذَا مَنْ خَلَقَ كَذَا حَتَّى يَقُولَ مَنْ خَلَقَ رَبَّكَ فَإِذَا بَلَغَهُ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ

“Setan mendatangi salah seorang di antara kalian dan berkata, ‘Siapa yang menciptakan ini dan itu?’ hingga dia berkata, ‘Siapa yang menciptakan Tuhan-mu?’ Jadi, ketika dia menimbulkan pertanyaan seperti itu, hendaknya seseorang berlindung kepada Allah dan meninggalkan pemikiran seperti itu.” [HR.Al-Bukhari]

Hadits yang terakhir ini menjelaskan bahwa pertanyaan "Siapakah yang menciptakan Allah?" merupakan pertanyaan yang tidak tepat dan memikirkannya tidak akan membuahkan hasil yang positif kecuali merujuk pada _i'tiqad_ yang terdapat pada sifat Allah yang disampaikan dalam teks agama.

-bersambung-

#tauhid
#ateisme
#agnostik
JAWABAN SINGKAT ATAS PERTANYAAN "SIAPA YANG MENCIPTAKAN ALLAH?" (2)

Ibnu Taimiyah menuturkan,

فإذا وصل العبد إلى غاية الغايات، ونهاية النهايات، وجب وقوفه، فإذا طلب بعد ذلك شيئا آخر وجب أن ينتهي، فأمر النبي صلى الله عليه وسلم العبد أن ينتهي مع استجارته بالله من وسواس التسلسل، كما يؤمر كل من حصل نهاية المطلوب وغاية المارد أن ينتهي

"Jika hamba telah mencapai tujuan akhir dan titik akhir, maka ia harus berhenti. Jika setelah itu kemudian ia mencari-cari hal yang lain, maka ia pun wajib berhenti. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan setiap muslim untuk berhenti sembari berlindung kepada Allah dari waswas _at-tasalsul_ sebagaimana setiap orang yang telah mencapai akhir pencarian dan akhir upaya diperintahkan untuk berhenti." [Dar-u at-Ta'arudh Baina al-'Aql wa an-Naql 3/314-315]

Adapun pernyataan *"setiap yang wujud pasti ada yang mewujudkan"* tidaklah tepat karena yang tepat adalah pernyataan *"setiap yang terjadj/yang bermula pasti ada yang mengadakan"* . Eksistensi alam semesta ini telah terbukti kejadiannya sehingga pastilah ada yang mengadakannya.

Syaikh Ahmad Yusuf as-Sayyid dalam Sabighat hal. 79-80

Catatan:
Jawaban terhadap pernyataan "setiap yang wujud pasti ada yanf mewujudkan" dapat dibaca pada artikel berikut: https://islamqa.info/amp/ar/answers/121180

#tauhid
#ateisme
#agnostik